Perang dagang antara Eropa dan China semakin memanas dengan keputusan Uni Eropa untuk menerapkan tarif tinggi terhadap mobil listri asal Negeri Tirai Bambu. Langkah ini berdampak besar bagi produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla.
Melalui kebijakan itu, Tesla akan dikenakan bea masuk khusus untuk mobil-mobil yang diproduksi di Tiongkok dan diimpor ke Eropa.
Dalam pernyataan pada Rabu, 12 Juni 2024, Uni Eropa mengumumkan tarif sebesar 38,1% pada produsen kendaraan listrik berbahan bakar baterai yang tidak mau bekerja sama dalam penyelidikan perdagangan Eropa.
Produsen yang mematuhi regulasi Eropa akan dikenakan tarif lebih rendah, yakni 21%. Tarif ini bersifat sementara dan akan diberlakukan mulai 4 Juli 2024 jika negosiasi dengan otoritas China tidak mencapai resolusi.
Keputusan ini diambil sebagai langkah untuk melindungi industri otomotif Eropa dari persaingan yang dianggap tidak adil dengan produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, yang menurut Uni Eropa, telah mendapat manfaat besar dari subsidi yang tidak adil.
Uni Eropa telah mengenakan tarif sebesar 38,1% pada perusahaan otomotif China, Seik Motor, sementara BYD dikenakan tarif sebesar 17,4%, dan Geely sebesar 20%.
Komisi Eropa mengungkapkan bahwa Tesla mungkin akan menerima tarif bea masuk yang dihitung secara individual, mengingat salah satu pabrik terbesar Tesla berada di Shanghai. Pabrik ini memainkan peran penting dalam produksi global Tesla.
Pada tahun 2023, Tesla mengirimkan 947.000 kendaraan dari pabriknya di Shanghai, dengan 600.000 unit dikirim ke pasar China dan sisanya diekspor. Dengan demikian, peningkatan tarif ini bisa berdampak pada strategi ekspor Tesla dan harga jual kendaraan mereka di pasar Eropa.
Langkah Uni Eropa ini mencerminkan ketegangan perdagangan yang semakin meningkat antara Uni Eropa dan China, serta dampaknya pada industri otomotif global. Sebagai perusahaan yang beroperasi secara global, Tesla harus menavigasi berbagai kebijakan perdagangan internasional yang dapat mempengaruhi biaya dan logistik bisnisnya.
Tesla perlu memantau perkembangan ini dengan seksama dan mungkin menyesuaikan strategi bisnisnya untuk mengatasi hambatan perdagangan yang muncul.
Jika pembicaraan antara Uni Eropa dan China gagal mencapai kesepakatan, tarif tinggi ini akan menjadi permanen, sehingga memperdalam perpecahan dalam perdagangan internasional kendaraan listrik. Situasi ini mencerminkan kompleksitas hubungan perdagangan internasional dan tantangan yang dihadapi produsen kendaraan listrik dalam menavigasi kebijakan yang beragam di berbagai pasar global.