Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dengan Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Jin Zhuanglong. Pertemuan tersebut membahas beberapa hal, mulai dari industri baterai mobil listri, manufaktur, hingga petrokimia.
Agus mengatakan, industri Battery Electric Vehicle (BEV) asal China turut mendukung perkembangan ekosistem mobil listrik Electric Vehicle (EV) di Indonesia.
“Dari enam industri BEV yang beroperasi di Indonesia, empat di antaranya merupakan industri BEV asal Tiongkok. Hal ini tidak hanya menunjukkan kepercayaan industri Tiongkok terhadap pasar Indonesia, tetapi juga memperkuat hubungan ekonomi kedua negara yang semakin erat,” ujar Agus dalam keterangannya, Kamis (13/6/2024).
Industri otomotif Indonesia telah mengembangkan teknologi maju yang berorientasi ramah lingkungan dan rendah emisi, dengan prioritas utama pada mobil listrik berbasis baterai (BEV). Agus menyampaikan, Indonesia merupakan pilihan paling strategis sebagai pusat produksi dan ekspor kendaraan listrik, khususnya kendaraan setir kanan yang bisa diekspor ke 54 negara pengguna.
Ia juga mendorong industri mobil listrik China untuk meningkatkan kontribusi industri otomotif terhadap nilai ekspor melalui ekspor kendaraan BEV, serta menjajaki penggunaan baterai sel Nickel Manganese Cobalt (NMC) dalam negeri.
Untuk industri petrokimia, Agus melihat peluang investasi baru yang sangat terbuka dan menguntungkan, terutama bagi para investor yang sudah berpengalaman di sektor industri petrokimia. Hal ini berdasarkan kapasitas industri petrokimia nasional yang saat ini mencapai lebih dari 14 juta ton per tahun, tetapi masih belum mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Adapun total impor produk petrokimia mencapai 8,5 juta ton dengan nilai USD 9,5 miliar di 2023. Naik signifikan dari tahun 2022 yang mencapai 7,75 juta ton.
“Kami memahami RRT merupakan salah satu pemain global petrokimia yang berhasil mengoptimalkan berbagai sumber daya migas dan batubara menjadi produk-produk kimia yang unggul. Sehingga, kami mengundang para investor asal RRT dengan tangan terbuka, untuk berinvestasi pada sektor industri petrokimia di Indonesia dan saya memastikan akan adanya kemudahan dalam berinvestasi di Indonesia,” jelasnya.
Kerja sama industri antara Indonesia dan China dapat terealisasi dengan baik berkat dukungan pemerintah kedua negara. “Pemerintah kedua pihak sudah seyogyanya untuk berperan dengan mendorong kerja sama tersebut khususnya bagi kalangan swasta,” kata Agus.
Selain kedua sektor manufaktur tersebut, Menperin juga menawarkan kerja sama di bidang kawasan industri di Indonesia. Pemerintah tengah menjalankan Global Eco-Industrial Parks Program (GEIPP) yang berteknologi tinggi dan berkelanjutan. Menurutnya, investor dari China juga bisa ambil bagian dan membawa kemajuan teknologi dalam pengembangan Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) di Kalimantan Utara yang diproyeksikan menjadi kawasan industri hijau terbesar di dunia, sekaligus menjadi masa depan Indonesia dalam pengembangan industri energi hijau.
“Kawasan Industri seluas 13.000 hektare ini akan dipersiapkan untuk pengembangan industri baterai EV, petrokimia, dan aluminium pertama. Kami berharap hal ini didukung oleh energi hijau, energi terbarukan, dan pembangkit listrik tenaga air dari sungai Mentarang dan sungai Kayan,” tambahnya.