Alumni Universita Trisakti yang tergabung dalam laskar trisakti 08 melakukan ziarah kubur pejuang reformasi. Hal ini dilakukan untuk memperingati dan mengenang gugurnya mahasiswa yang memperjuangkan aspirasi reformasi.
“Saat ini 12 Mei 2024, kami memperingati 26 tahun berlalunya peristiwa kelam dalam sejarah bangsa Indonesia, dengan gugurnya 4 mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta. Mereka yang telah berpulang sebagai syuhada, tewas di dalam kampus nya sendiri, dalam keadaan memakai jaket almamater dan memperjuangkan aspirasi Reformasi. Mereka telah tiada tanpa tahu siapa pelaku sesungguhnya,” ujar Ketua Umum Laskar Trisakti 08 Fernando Rorimpandey, dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu (12/5/2024).
“Kami yang menjadi saksi hidup dan saksi sejarah melihat bahwa, kematian 4 orang yang gugur itu telah menjadi Pemicu kejatuhan rezim pemerintahan Orde Baru, yang memerintah selama 32 tahun lamanya. Kejadian 12 Mei 1998 telah membuat semua mahasiswa bersama Rakyat menduduki Gedung DPR/MPR dan berakhir dengan mundurnya Presiden Suharto tanggal 21 Mei 1998,” sambungnya.
Acara ziarah ini diketahui dilakukan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Dalam kesempatan ini, Fernando meminta agar pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada keempat mahasiswa yang gugur.
“Kami meminta agar pemerintahan bapak Presiden Jokowi ataupun pemerintahan yang akan datang Presiden terpilih Prabowo-Gibran dapat memberikan gelar pahlawan nasional kepada keempat Mahasiswa yang gugur saat peristiwa 12 Mei 1998, yaitu almarhum Elang Mulya Lesmana, almarhum Hafidin Royan, almahum Heri Hertanto dan almarhum Hendriawan Sie,” tuturnya.
Fernando mengaku pihaknya meyakini Prabowo tidak terlibat dalam peristiwa 12 Mei 1998 tersebut. Ia menilai pelaku sebenarnya masih menjadi misteri dan perlu diungkap.
“Kami yakin dan percaya bahwa Bapak Prabowo Subianto, tidak pernah terlibat dalam peristiwa 12 Mei 1998 baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini sebagai bagian dari pelurusan Sejarah bangsa, sehingga pelaku sebenarnya masihlah menjadi misteri yang harus diungkap oleh semua pihak yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Tidak hanya itu, ia juga mengajak agar 12 Mei 1998 menjadi mementum persatuan nasional dan tetap menjaga marwah reformasi.
“Kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia dapat menjadikan 12 Mei 1998 sebagai momentum Persatuan Nasional dan menjaga marwah reformasi total sebagai bagian dari warisan sejarah para Mahasiswa yang gugur,” ujarnya.